Pada saat kita membicarakan biblical music kita tidak mungkin lepas dari satu topik besar, yaitu worship. Allah yang sejati menjadi subjek sekaligus objek penyembahan tertinggi dari umat pilihan-Nya, dan musik menjadi ekspresi dan elemen yang penting dalam ibadah tersebut. Banyak penulis Kristen sudah menulis tentang Music and Worshipkarena melihat kebahayaan yang terjadi dalam banyak gereja. Mereka menyebutnya “peperangan theologis,” untuk menyatakan keseriusan terhadap penyelewengan ini. Dalam bagian ketiga artikel ini akan dibahas kaitan antara musik dengan ibadah kita kepada Tuhan.
- Menyembah Tuhan dan membangun sesama
John Frame menyatakan dalam bukunya “Worship in Spirit and Truth” bahwa musik yang Alkitabiah harus memliki aspek vertikal dan horisontal. Secara vertikal berarti kita menyembah Tuhan dan secara horisontal membangun sesama (edify others).
Rasul Paulus menggunakan kata “membangun” berulang kali untuk mengingatkan jemaat Korintus (1 Kor. 14) untuk saling membangun sebagai kesatuan tubuh Kristus melalui kebebasan dan karunia yang mereka miliki. Demikian Roma 14, khususnya ayat 13, mencatat hal yang serupa, yaitu agar kita tidak menjadi batu sandungan bagi orang lain. Kedua bagian ini didasari prinsip yang penting, yaitu kasih (1 Kor. 13). Hal ini pun merupakan hukum yang dikatakan Tuhan Yesus di Mat. 22:37-39. Dalam kasih kita tidak mementingkan diri, kesenangan, dan cara kita sendiri. Justru salah satu bentuk ujian terhadap penyembahan yang benar adalah apakah itu didasari dan teruji oleh kasih yang sejati. Apakah kita sedang menyembah Tuhan dengan cara yang berkenan kepada-Nya?
Gereja harus membangun jemaatnya melalui pengajaran dan penggunaan musik yang baik sehingga jemaat bertumbuh dalam pengetahuan mereka tentang musik. Dengan demikian jemaat diperlengkapi dengan pengetahuan untuk menyembah Tuhan dengan benar dan pertumbuhan rohani juga terjadi karena musik-musik tersebut dibangun berdasarkan prinsip-prinsip firman Tuhan (Ef. 5:19, Kol. 3:16).
- Janganlah menjadi serupa dengan dunia ini!
Rasul Paulus di Roma 12 menuliskan bahwa kehidupan kita yang sudah ditebus oleh darah Kristus yang mahal merupakan kehidupan yang harus terus diubahkan (be transformed) agar kita memiliki cara pandang (mindset of life) yang berbeda dengan dunia ini, sebagai persembahan yang hidup, kudus, dan berkenan kepada-Nya.
Demikian juga dalam Injil Matius, Alkitab menyatakan bahwa panggilan seorang Kristen yang sedang berjalan dalamRedemption menuju Consummation adalah menjadi garam dan terang dunia; artinya kita dipanggil untuk me-redeembaik manusia berdosa (mandat Injil) maupun seluruh aspek kehidupan manusia berdosa dalam dunia yang berdosa ini (mandat budaya), termasuk musik.
Di bawah ini akan dibahas dua contoh jenis musik yang tidak dapat kita pakai dalam ibadah:
Jazz
Ada tiga alasan yang akan dibahas dalam bagian ini. Pertama, jazz bukan musik gerejawi sejak awalnya, tetapi musik yang dimainkan di tempat-tempat dansa, parade, pernikahan, bahkan kematian. Kedua, musik jazz mempunyai ciri musik tanpa penyelesaian dan kepastian atau sebut saja musiknya menggantung. Hal ini tidak bersesuaian dengan iman Kristen di mana Kristus datang ke dunia, disalib justru untuk memberikan kepastian jalan keluar bagi manusia berdosa (Redemption) sehingga kita tidak terus berada dalam dosa dan hukuman yang kekal (Fall).
Dalam musik terdapat istilah leading note. Nada ke-7 (baca: si) dalam sebuah tangga nada disebut leading notekarena nada ke-7 tersebut harus dan akan menuju tonika yaitu nada ke-1 (baca: do).
1 2 3 4 5 6 7 (leading note) 1 (tonika)
(do) (re) (mi) (fa) (sol) (la) (si) (do)