Sebagai manusia, sangat wajar bagi kita untuk mencari keamanan dan kedamaian hidup. Namun, segala sesuatu di dunia ini senantiasa berubah tanpa hentinya. Maka kita sering berpikir bahwa pergantian adalah sesuatu hal yang negatif dan sesuatu yang tetap, konstan dan stabil mendatangkan keadaman dan kedamaian. Pernahkan anda mendengar kalimat, "Kamu sudah berubah! Tidak sama seperti dulu lagi!" Apakah yang salah dengan kalimat ini?
Pertama, ada kemungkinan, sang subyek berubah secara negatif. Dahulu, ia orang benar dan sekarang, orang jahat. Namun, ada kemungkinan perubahan subyek adalah perubahan yang baik. Dahulu ia kurang baik dan sekarang ia menjadi lebih baik. Dalam hal ini, perubahan subyek sangat penting dan malah semua orang pun harus berubah! Satu-satunya individu yang tidak memerlukan perubahan, ialah individu yang sudah sempurna adanya. Sesuatu yang sempurna, tidak bisa menjadi lebih sempurna lagi. Angka 100 tidak bisa menjadi lebih mirip dengan angka 100, karena ia adalah 100 adanya. Lain dengan angka 80, yang bisa berubah menjadi 81, 82, 83 dan seterusnya untuk menjadi lebih mirip dengan angka 100.
Demikian pula, kebenaran tidak pernah berubah. Manusia tidak sempurna, maka kita harus senantiasa berubah. Akan tetapi Allah tidak berubah dari kekal sampai kekal. Allah berfirman kepada Musa,
"I AM who I AM", "AKU ADALAH AKU" (Keluaran 3:14). Perfect Goodness is perfect and Is with no blemish.
Namun, pengertian ini tidak lepas dari pengertian bahwa Allah bekerja secara dinamis di kehidupan kita. Hanya karena Ia menolong engkau hari ini, bukan berarti Ia akan menolong engkau besok, bukan berarti engkau akan diselamatkan. Semua sudah ada di dalam masterplan Allah yang kita tidak bisa tahu. Demikianlah Yesus bukan saja Yesus yang telah mati bagi kita, tetapi juga Yesus yang telah bangkit, mengalahkan maut. Dengan demikian, iman kita kepada Kristus tidaklah sia-sia.
|
Alexander Ivanov - Christ's Appearance to Mary Magdalene after the Resurrection |
Kutipan di bawah ini membahas isu yang serupa, diambil dari kotbah Pdt. Dr. Stephen Tong:
Lalu dia (Maria Magdelena) ingin memegang, ia ingin menjamah, memegang tubuh Yesus Kristus. "Betulkah Engkau bangkit? Betulkah ini bukan roh? Betulkah ini bukan arwah? Betulkah ini bukan suatu bayang-bayang? Saya ingin pegang Yesus, mempertahankan Dia. Engkau jangan pergi! Engkau jangan mati! Jika Engkau sekarang sungguh-sungguh ada, apakah Engkau seperti dulu?"
Yesus tidak lagi sama seperti dulu. Sebelum mati, Ia mempunyai tubuh jasmaniah melalui inkarnasi. Setelah bangkit, Ia mempunyai tubuh kebangkitan yang melampaui tubuh jasmaniah inkarnasi.
"Janganlah Engkau memegang Aku, sebab Aku belum pergi kepada Bapa."
Kalimat ini mempunyai arti jauh lebih dalam dari 'Jangan pegang Saya'. Karena di situ, istilah 'pegang', bahasa Yunaninya 'jangan mempertahankan saya lagi seperti dulu'. Kita ingin agama kita, iman kita, pengalaman, pengertian daripada kerohanian kita sama seperti dulu.